Penting Diketahui! Ketentuan Waktu Puasa Harian Kita
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Jadwal puasa harian dimulai dari
terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari. Yakni sejak terbitnya
fajar shadiq yang cahaya putihnya menyebar di timur sampai tenggelamnya
matahari di barat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang ketentuan waktu puasa harian,
فَالْآَنَ
بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ
الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
“Karena itu Allah mengampuni kamu
dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah
apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,” (QS. Al-Baqarah: 187)
Makna “hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”, adalah terangnya cahaya putih siang (fajar) dari gelapnya malam.
Al-Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat
ini, “Ini adalah rukhsoh (keringanan) dari Allah Ta’ala untuk kaum
muslimin. Mengangkat perintah (puasa) pada permulaan Islam. Yakni
apabila salah seorang mereka berbuka, maka dibolehkan makan, minum, dan
jima’ sampai shalat Isya’ atau tidur sebelum itu. Ketika ia sudah tidur
atau shalat Isya’ maka diharamkan makan, minum dan jima’ sampai malam
berikutnya. Kemudian mereka merasa sangat berat dari perintah tersebut.
Lalu diturunkan ayat ini sehingga mereka sangat gembira sekali, karena
Allah bolehkan mereka makan, minum dan jima’ kapan saja di waktu malam
yang dikehendaki seorang shaim (ornag berpuasa) sampai Nampak jelas
cahaya pagi dari hitam (gelap)-nya malam.” (Intisari Tafsir Ibnu Katsir:
1/288-290)
Dari ayat yang mulia ini dapat
disimpulkan batasan puasa harian di mulai sampai selesainya. Dimulainya
dari terbitnya fajar kedua. Selesainya sampai terbenamnya matahari.
Karenanya yang terbaik bagi seorang
shaim untuk mengakhirkan sahur sehingga mendekati Shubuh dan
menyegerakan berbuka saat yakin masuk malam (tenggelamnya matahari).
Sehingga ia berpuasa sesuai dengan batasan waktu yang telah ditetapkan
syariat.
Kesalahan Memulai Puasa Harian
Kesalahan yang sering dilakukan sebagian
orang adalah menyegerakan makan sahur. Mereka begadang sampai
pertengahan malam, lalu menyegerakan sahur dengan makan sampai kenyang
dan tidak bangun kecuali sudah terbit fajar (sesudah Shubuh).
. . . penting sekali kita mengetahui ketentuan waktu puasa harian sehingga kita berpuasa sesuai dengan petunjuk syariat. . .
Cara sahur seperti ini melanggar beberapa perkara:
Pertama: Mereka
berpuasa sebelum waktunya, yakni memulai puasa setelah makan malam yang
dianggap sebagai makan sahur, padahal itu makan malam. Orang yang
melakukan ini ia telah memulai puasa jam 02.00 atau 03.00 malam.
Kedua: Mereka
meninggalkan makan sahur, padahal makan sahur terdapat keberkahan
padanya, sebagaimana hadits Shahih, “Makan sahurlah kalian, karena
sesunggguhnya dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Ketiga: Meninggalkan shalat Shubuh berjamaah sehingga mereka bermaksiat kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban shalat berjamaah.
Keempat: Boleh jadi
mereka mengerjakan shalat Shubuh setelah lewat waktunya (kesiangan)
karena begadang semalaman. Ini termasuk perbuatan dosa besar dan
termasuk orang yang lalai dari shalat. (QS. Al-Maa’un: 4-5)
Karenanya, Penting sekali kita
mengetahui ketentuan waktu puasa harian sehingga kita berpuasa sesuai
dengan petunjuk syariat. Tentunya ini akan menambah kesempurnaan ibadah
shiyam kita. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer