Menjawab Gugatan Hadist yang Memerangi Manusia Hingga mereka Bersyahadah

Para Penghujat dan Penggugat Islam
Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 2, Number 24:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Rasul Allah berkata, “Aku telah diperintahkan (oleh Allah) untuk memerangi orang2 sampai mereka mengaku bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, dan melakukan sembahyang dengan sempurna dan membayar zakat, sehingga jika mereka melakukan hal itu, maka selamatlah nyawa dan harta mereka dariku kecuali dari hukum2 Islam dan amal mereka akan dihitung oleh Allah.”

Di dalam hadist itu, Muhammad bilang, kalo kita gak mau ngakuin dia rasul, maka dia akan merampok harta dan nyawa kita.


================================================
Tanggapan:

Anda lagi-lagi menggunakan asumsi. Dan jauh dari acuan standarisasi penafsiran hadist seperti yang dilakukan oleh orang yang memang membidangi pakar hadist.
Bahwa dalam Islam sekalipun,  tidak seorang pun boleh “berfatwa” kecuali dia seorang alim dan memiliki ilmu yang cukup dalam ilmu tafsir, hadist, ilmu al-qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Hal itulah yang menjadi dasar utama bagi fatwa dan ijtihad, yang disertai dengan pemahaman yang memadai dan pikiran yang lurus.

Apalagi anda seorang Kristen tulen yang gemar memakai topeng “ex muslim (murtadin)” hanya untuk menutupi dan berlindung dari serangan balik tentang keimanan yang konyol dalam Kekristenan anda.
Adapun makna dari kata “memerangi” diatas, tidaklah kita cermati secara harfiah (berdasarkan arti leksikal), tetapi lebih kepada denotasi bahasa atau kiasan yang butuh penafsiran lebih dalam.


Bukankah dalam screenshot buku yang anda tampilkan, terdapat catatan kaki yang menjelaskan:

  • 1). Memerangi manusia dalam hal ini bukanlah untuk memaksa seseorang agar memeluk agama Islam, tetapi untuk membela diri dan mempertahankan kemerdekaan memeluk agama Islam. Dalam surat Al Baqarah ayat 256 telah dijelaskan bahwa “Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya telah nyata perbedaan antara yang benar dan yang sesat.
  • 2). Alasan-alasan hukum Islam disini maksudnya, meskipun mereka telah mendapatkan hak untuk perlindungan jiwa dan hartanya, tetapi bila hukum Islam meminta mereka harus ikut (misalnya membayar zakat, hukuman qisas dan peraturan lainnya.)
Lalu kemudian anda dengan pede-nya berasumsi: “Di dalam hadist itu, Muhammad bilang, kalo kita gak mau ngakuin dia rasul, maka dia akan merampok harta dan nyawa kita.”

Jika kesimpulan seperti itu yang anda tangkap, maka akan semakin jelas memperlihatkan kebodohan anda,  bahwa tingkat kedalaman berpikir  anda memang di bawah rata-rata alias idiot.  Dan sangat terbukti, cara pandang anda pada Islam hanya berdasarkan sentimentil belaka saja.

Dan riwayat lengkap hadist shahih di atas adalah sbb: (silakan baca kata per katanya dengan pelan)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’ad dari Uqail dari az-Zuhri dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud dari Abu Hurairah dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia, dan Abu Bakar diangkat sebagai khalifah setelahnya, serta orang-orang kafir dari kalangan Arab MELAKUKAN KEKUFURAN, maka Umar bin al-Khaththab berkata kepada Abu Bakar,:

“Bagaimana mungkin kamu akan memerangi manusia, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan, “Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah’, maka barangsiapa yang mengucapkan, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah‘, maka sungguh dia telah menjaga harta dan jiwanya dari (seranganku) kecuali dengan hak Islam, dan hisabnya diserahkan kepada Allah.

Maka Abu Bakar berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan memerangi ORANG YANG MEMBEDAKAN antara shalat dan zakat, karena zakat adalah (tuntuan) hak terhadap harta. Demi Allah, KALAU MEREKA MENGHALANGIKU karena KEENGGANAN  mereka sedangkan mereka pernah membayarnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku tetap akan memerangi mereka karena keengganan mereka.’

Maka Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Demi Allah tidaklah dia melainkan bahwa aku melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk “memerangi (mereka) Ialu aku mengetahui bahwa ia adalah kebenaran. (Shahih Muslim No 29. Bab Kitab Iman)

Penjelasan lebih detail:
Bahwa Islam dalam mencapai kejayaannya pada masa Rasulullah dan kekhalifaan empat sahabat, tidak lepas dari peran orang-orang yang rela mengorbankan harta dan nyawanya demi menegakkan hukum-hukum Allah. Mereka inilah yang berada pada barisan paling depan saat membela harga diri Islam dari serangan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.
Sedangkan, orang-orang (kafir dan munafik) yang tidak ikut serta pada masa-masa tsb, mereka tidak diganggu dan tetap dibiarkan pada aktivitasnya sehari-hari. Dan ini membuktikan letak kesantunan Islam, mereka tidak dipaksa untuk ikut berperang, tetapi dengan catatan, orang-orang tersebut cukup membantu secara moril saja. Sebab orang kafir sendiri, jika disuruh untuk memilih antara berperang atau bayar pajak, pasti dia akan memilih bayar pajak.

Bahwa dalam kemerdekaan sebuah negara Islam, orang muslimlah yang berperang dan menghadang bahaya. Dialah yang akan dibunuh, mengalami luka dan ditawan, sementara warganya yang kafir tidak akan mengalami hal hal seperti itu. Maka konsekuensinya, bukan hanya warganya yang kafir saja wajib membayar pajak, tapi juga yang muslim. Sebut saja sebagai pajak keselamatan nyawa.  Dan bukannya ini cukup adil bukan?

Muslim membela anda, dan memelihara nyawa, darah dan kehormatan anda saat perang berkecamuk pada negeri mayoritas muslim—dengan perintah Allah— sebagai imbalan sedikit harta tsb.  Anda dan keluarga anda pun juga hidup aman dalam rumah anda. Bahkan di zaman sekarang, banyak orang yang rela mengorbankan harta sebagai imbalan pemeliharaan anak-anak mereka dari berbagai bahaya.

Dan pajak sendiri sudah ada sebelum datangnya Islam, bahkan Yesus pun juga membayarnya:
Yosua 16:10 Tetapi orang Kanaan yang diam di Gezer tidaklah dihalau mereka. Jadi orang Kanaan itu masih tetap tinggal di tengah-tengah suku Efraim sampai sekarang, tetapi menjadi budak rodi.
Yosua 17:13 Setelah orang Israel menjadi kuat, orang Kanaan itu dibuatnya menjadi orang rodi, tetapi tidaklah sama sekali mereka itu dihalaunya.
Roma 13:7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.

Matius 18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.18:25Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Adapun jika dikaitkan dengan ayat  “Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS.2:256), maka maksud yang sebenarnya adalah tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam.  Sebab Islam sendiri telah memberikan kebebasan dalam berakidah:

QS. 18:29. Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir

Oleh sebab itu,penekanan ayat QS.2:256 tersebut, lebih kepada orang-orang yang telah masuk Islam, bahwa dalam mengartikan ayat diatas, bukan berarti mereka bebas melakukan apa yang mereka inginkan, seperti tidak shalat, tidak berzakat dan syariat2 Islam yang lainnya, akan tetapi harus tetap mengacu pada yang telah di perintahkan Rasululllah melalui sunnah-sunnahnya tersebut.

Jadi, hadist tentang  “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, bla..bla..bla.. dst. ” adalah hadist yang lebih menekankan akan ketegasan/jaminan perlindungan iman seorang muslim untuk tidak bermain-main dalam perintah untuk mengeluarkan zakat, menunaikan shalat dan mengukuhkan ketauhidannya kepada Allah dan rasulnya.

Adapun hukuman dibunuh bagi orang yang murtad hanya berlaku seperti hal-hal yang diterangkan dalam  ayat ini:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman KEMUDIAN kafir, KEMUDIAN beriman (pula), KEMUDIAN kafir lagi, KEMUDIAN bertambah kekafirannya , maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS.4.139)

Maka tujuannya jelas, bahwa agama tidak boleh dipermainkan, hari ini berislam, besok kafir, dan hari ini kafir, besok berislam lagi.
Contoh orang seperti ini telah ada pada zaman Rasulullah SAW, yang tujuan mereka (para ahli kitab) hanyalah untuk menimbulkan keraguan di kalangan kaum muslimin terhadap agama mereka. Seperti firman Allah SWT berikut:

“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran).” (QS 3.72. )
Dan karena itulah hukum tentang masalah tersebut telah ditegaskan dalam al-qur’an dan hadits, agar agama tidak boleh dijadikan permainan.
Maka hal ini yang mendasari sabda Nabi SAW yang berbunyi:
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dan Abu Mu’awiyah dan Waki‘ dari Al A’masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk dsembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini; seorang janda yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain dan orang yang keluar dari agamanya, memisdmkan diri dari Jama’ah (murtad).” Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menoeritakan kepada kami Ayahku. (dalam jalur Iain cisebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan. (dalam jalur lain dsebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Ali bin Khsyram keduanya “.berkata; telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus semuanya dari AI A’masy dengan sanad-sanad ini, seperti hadits tersebut

Kondisi-kondisi seperti itulah yang menjadi azbabun nuzul dan azbabul wurud dari ayat quran dan hadits yang berbicara tentang murtad.
Selain daripada ketentuan yang sudah dijabarkan diatas, maka Al-Qur’an pun menjelaskan:

QS. 18.29. Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.
QS. 17.107. Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).
QS. 2.217 Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

QS 5.54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

QS 25.68. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan TIDAK MEMBUNUH JIWA yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS 10.99. Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

10.100. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
 Hukuman Murtad dalam Alkitab?

Kristen, selama ini menuduh Islam sebagai agama yang tidak beradab dan tidak memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk bebas berakidah. Salah satunya dengan menuding bahwa hukuman murtad dalam Islam sangat tidak berprikemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia.

Dan masalah tersebut sudah kami jawab pada pembahasan sebelumnya. Dan sepertinya, Kristen pura-pura tidak tahu menahu bahwa hukuman murtad dalam agama mereka jauh lebi sadis dan mengerikan.
Sebelum orang yang murtad itu menjalani hukuman rajam (dilempari batu sampai mati), terlebih dahulu, dihajar ramai-ramai oleh seluruh rakyat sekitarnya. Tidak cukup dengan itu, akan tetapi pemusnahan total bangsa-bangsa yang musyrik dan murtad dengan pembakaran kota dan segala isinya, termasuk binatang, pepohonan  dll.

Ulangan:  13:6Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam, katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun oleh nenek moyangmu,

13:7salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi,

13:8maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia. Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan janganlah menutupi salahnya,13:9tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat.13:10Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan.

Ulangan: 17:2″Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjian-Nya,
17:3 dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;

17:4dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel,

17:5 maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati.

Ulangan: 13:12 Apabila di salah satu kota yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk diam di sana, kaudengar orang berkata:
13:13 Ada orang-orang dursila tampil dari tengah-tengahmu, yang telah menyesatkan penduduk kota mereka dengan berkata: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak kamu kenal,
13:14 maka haruslah engkau memeriksa, menyelidiki dan menanyakan baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di tengah-tengahmu,
13:15 maka bunuhlah dengan mata pedang penduduk kota itu, dan tumpaslah dengan mata pedang kota itu serta segala isinya dan hewannya.
13:16 Seluruh jarahan harus kaukumpulkan di tengah-tengah lapangan dan harus kaubakar habis kota dengan seluruh jarahan itu sebagai korban bakaran yang lengkap bagi TUHAN, Allahmu. Semuanya itu akan tetap menjadi timbunan puing untuk selamanya dan tidak akan dibangun kembali.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Motivasi Ibadah Dalam Islam

Saya pernah membaca pertanyaan yang ditulis oleh seorang Kristian (Bung Sam SI) di Dindingsebuah  Forum diskusi  beberapa waktu yang lalu. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Seorang Muslim (Pak JP. Jones) dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan menjadi diskusi singkat di antara mereka berdua. Adapun pertanyaan Bung Sam SI tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa alasan saya hidup di dunia ini?
2. Apa tujuan saya hidup setelah saya ada di dunia ini?

Membaca diskusi pendek mereka berdua itu saya jadi teringat kepada tulisan Ustadz M. Quraish Shihab dalam sebuah buku beliau yang berjudul “Lentera Hati”. Berikut yang hal yang menarik dari tulisan beliau, saya kutip dengan sedikit penambahan;

Ada 3 sikap yang dilakukan oleh umat Islam yang dimotivasi oleh firman-firman Allah SWT di dalam Al Qur’an.

  1. Sikap Pedagang.
Yakni melakukan sesuatu demi memperoleh imbalan yang menyenangkan. Dinamai oleh seorang filosof Ibn Sina sebagai sikap “Pedagang”. Sikap ini merupakan motivasi ibadah yang berasal dari firman-firman Allah SWT di dalam Al Qur’an, misalnya:

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan PERNIAGAAN yang tidak akan merugi, (QS. Faathir.29)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu PERNIAGAAN yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (QS. Ash-Shaff.10)

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Ash-Shaff.11)

Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah KEBERUNTUNGAN yang besar. (QS. Ash-Shaff.12)

Jelas bahwa Allah SWT memotivasi hamba-hamba-Nya untuk taat dan rajin beribadah dengan metode seperti sedang melakukan hubungan Perniagaan/ Perdagangan dengan Diri-Nya. Dengan motivasi ini maka umat Islam akan semakin semangat dalam berbuat kebajikan dan beramal shaleh dan rela mengorbankan hal yang disenanginya sebagai modal demi mengharapkan Allah SWT menerima pengorbanannya tersebut dan membalas dengan keuntungan yang berlipat ganda di akhirat kelak.

  1. Sikap Budak atau Buruh.
Sikap seseorang yang beribadah karena dorongan rasa takut terhadap siksa neraka pada hakikatnya memperagakan sikap budak atau buruh terhadap Tuhan. Sikap ini dimotivasi dari firman-firman Allah SWT di dalam Al Qur’an, misalnya:

Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran.131)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim.6)

Jelas bahwa Allah SWT memotivasi hamba-hamba-Nya untuk taat dan rajin beribadah dan mau menjauhi larangan-larangan-Nya dengan metode rasa takut terhadap Azab/ Siksaan. Dengan motivasi ini maka umat Islam akan berusaha untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu senantiasa taat dalam beribadah dan selalu berhati-hati dalam bertingkah laku dalam hidup dengan mematuhi semua perintah dan larangan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk menghindari dosa. Sehingga menggerakkan hati umat Islam agar selalu memohon perlindungan Allah SWT agar dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa.

Sikap ini juga membuat umat Islam tidak merasa kepedean terhadap amalan yang sudah dilakukannya, sehingga terhindar dari sifat sombong bahwa iman dan amal perbuatannya sudah paling benar di mata Tuhan sehingga merasa keselamatan sudah pasti didapat. Rasa takut dan waspada terhadap dosa membuat umat Islam selalu rendah hati kepada sesama manusia, dan rendah diri dihadapan Tuhan sekaligus membangkitkan usaha menutupi kekurangannya sebagai makhluk yang sering khilaf dan salah dengan perbuatan-perbuatan baik.

(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. At Taghaabun .9)


  1. Sikap Arif
Ini merupakan sikap yang terbaik, yaitu yang menyadari betapa besar anugerah dan jasa yang telah diperolehnya dan betapa bijaksana Tuhan dalam segala ketetapan dan perbuatan-Nya. Kesadaran ini mendorong sang Arif untuk beribadah dan melakukan segala aktifitasnya sebagai “balas jasa”; bukan karena mengharap imbalan surgawi dan juga bukan karena takut neraka. Dari kesadaran akan kebijaksanaan Tuhan, ia yakin di manapun ia ditempatkan pasti penempatan tersebut baik. Apalagi sang Arif menyadari pula bahwa dialah yang memperoleh manfaat ibadah yang dilakukannya, dan Tuhan tidak sedikitpun memperolehnya.

Sikap ini muncul jika seseorang telah benar-benar memahami makna penciptaan dirinya sebagai manusia seperti yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariya.56)

Jadi berbakti atau beribadah kepada Allah SWT merupakan tujuan manusia tersebut diciptakan, sehingga sudah sepantasnya manusia menyadari dan lebih mengutamakan amal ibadahnya tersebut dipersembahkan sebagai wujud kodratnya sebagai manusia daripada mengharapkan balasan surgawi atau untuk terhindar dari siksa neraka. Yang diharapkan cukup Allah selalu meridhoi semua tindakannya di dunia ini.
Amal ibadah tersebut dilakukannya sebagai wujud syukur atas kenikmatan yang telah diberikan Allah terhadap dirinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An Nahl.78).

Dengan demikian Allah SWT mengajarkan juga bahwa manusia memang sudah sepantasnya bersyukur dan mengabdi kepada-Nya atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada manusia tersebut. Allah menciptakan manusia untuk beribadah, dan ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur karena telah dijadikan sebagai manusia. Seperti Oxygen, Allah menjadikan manusia harus menghirup Oxygen untuk dapat bertahan hidup, dan manusiapun merasa bersyukur akan penciptaan Oxygen tersebut. Sehingga ibadah menjadi suatu kebutuhan sama seperti manusia membutuhkan Oxygen.

Ibadah memang sudah semestinya dilakukan manusia dengan ikhlas dan bukan harus menunggu mendapat janji-janji kepastian keselamatan surgawi dari Tuhan barulah manusia mau bersyukur dan mengabdi kepada-Nya. Dengan motivasi ini menjadikan umat Islam merasa dekat dengan Tuhan, dan mengabdi dengan penuh kerendahan dan segenap hati. Amal Ibadahnya dipersembahkan dengan benar-benar ikhlas tanpa mengharap imbalan keselamatan dan dilakukan dengan sebatas kemampuannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya tanpa berlebih-lebihan demi mendapatkan pahala yang banyak.

Dan jika seseorang telah berfikir Arif, maka mengenai urusan keselamatan sang Arif berserah diri sepenuhnya terhadap kehendak dan ketetapan Allah. Dalam Islam inilah yang disebut dengan Tawakal. Meyakini sepenuhnya bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Adil dan Maha Bijaksana akan semua ketetapan-Nya. Jadi, cukuplah Allah yang menentukan kelak siapa yang akan diselamatkan oleh-Nya. Tidak perlu ada janji-janji tertulis dalam Kitab Suci akan jaminan keselamatan barulah benar-benar percaya kepada-Nya. Tanpa itu pun, seorang yang Arif tetap yakin Allah mengetahui mana Hamba-Hamba-Nya yang kelak pantas mendapatkan anugerah keselamatan tersebut. Sehingga dengan tidak berprasangka buruk akan Keadilan Tuhan menjadikan imannya semakin sempurna. Seperti firman Allah SWT dalam Al Qur’an:

Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS. Az Zumar.7).

Ucapan “insya Allah” yang diucapkan oleh seorang Muslim ketika ditanya apakah dia termasuk golongan orang yang mendapat keselamatan atau tidak, sering disalahartikan oleh umat non Muslim terutama umat Kristen sebagai Keraguan atau Ketidakpastian Keselamatan dalam Islam. Ini suatu kekeliruan yang besar. Ucapan “insya Allah” merupakan wujud sikap Tawakal seorang Muslim yang mewakilkan urusan keselamatan dirinya tersebut sepenuhnya hanya kepada Ketetapan Allah. Justru itu merupakan Keyakinan Terbesarnya akan kebenaran Kekuasaan dan Keadilan Tuhan. Firman Allah SWT dalam Al Qur’an:

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At Taubah.51).

Demikianlah cara Allah SWT dalam memotivasi hamba-hamba-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Adalah Hak Allah untuk menentukan bagaimana caranya membuat Hamba-Hamba-Nya mendekat kepada-Nya.
Seperti seorang Pemimpin sebuah perusahaan yang memotivasi karyawannya dengan hadiah bonus dan kenaikan gaji bagi yang disiplin dan tekun bekerja, atau dengan memberikan ancaman pemutusan hubungan kerja bagi mereka yang sering mangkir dan tidak beres dalam pekerjaannya. Salahkah seorang pemimpin perusahaan memberikan motivasi tersebut? Bukankah memang sudah menjadi Hak seorang Pemimpin menentukan cara bagaimana memotivasi karyawannya? Namun terlepas dari motivasi-motivasi tersebut, bukankah setiap karyawan seharusnya menyadari bahwa dirinya dipekerjakan memang untuk disiplin dan tekun bekerja? Bukankah sudah seharusnya sikap disiplin dan tekun bekerja harus diterapkan tanpa harus menunggu janji bonus dan ancaman? Demikian persamaannya jika dimisalkan dengan motivasi dalam dunia kerja.

KESALAHPAHAMAN TERHADAP MOTIVASI IBADAH DALAM ISLAM

Dari ketiga motivasi ibadah yang diberikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad saw tersebut, banyak dari umat Non Muslim terutama umat Kristen salah paham terhadap ajaran Motivasi 1 dan 2 dalam Islam sebagai syarat utama dalam memperoleh Keselamatan dalam Islam. Sehingga kebanyakan dari mereka menganggap bahwa umat Islam harus terpaksa mengumpulkan amal ibadah sebanyak-banyaknya untuk dapat selamat masuk ke surga dan terbebas dari siksa neraka. Itu disebabkan mereka hanya membaca ayat-ayat Al Qur’an hanya sepotong-sepotong, terutama hanya yang berkaitan dengan motivasi 1 dan 2, lalu mereka menyimpulkan sendiri bahwa hanya itulah jalan keselamatan yang ditawarkan Allah SWT dalam Islam.

Padahal jika mereka mau mempelajari Al Qur’an dan Hadits, maka insya Allah mereka akan mengerti apa maksud dan tujuan motivasi-motivasi tersebut Allah berikan dan bagaimana Konsep Keselamatan yang sebenarnya dalam ajaran Islam. Yaitu Konsep Keselamatan yang pasti namun tidak mematikan motivasi penganutnya untuk tetap berusaha berbuat kebajikan dan beramal shaleh sesuai tuntunan syariat Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebuah konsep yang tidak membingungkan dan tidak juga berisi janji-janji manis namun terbentur dengan praktek kehidupan manusia.

RIDHA TUHAN DAN ANUGERAH KESELAMATAN

Setiap Muslim yang ditanya apakah yang dicarinya di dunia ini? Maka jawabannya adalah untuk mencari keridhaan Allah.

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Albaqarah.207).

Dengan mendapat ridha Allah maka akan mendatangkan Cinta dan Kasih Allah. Dan tanpa perlu diminta dan diharap sekalipun sudah barang tentu Allah akan memberikan Rahmat-Nya berupa Anugerah Keselamatan kepada orang yang dicintai-Nya. Jadi mendapatkan ridha Allah adalah tujuan hidup yang paling utama.

Memang benar bahwa dalam Islam diajarkan bahwa dengan melakukan amalan-amalan tertentu seperti shalat, puasa, shadaqah dan amalan baik lainnya dapat menghapus dosa. Inilah merupakan motivasi Allah agar manusia selalu rajin berbuat amal ibadah dan berbuat kebajikan di dunia. Karena setiap orang meskipun telah beriman namun belum tentu dirinya lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Namun demikian Allah SWT tidak mengatakan bahwa Hanya dengan amalan-amalan tersebut barulah dosa-dosa akan diampuni. Dan Allah SWT juga tidak pernah mengatakan untuk menghapus dosa-dosa besar dan banyak maka harus melakukan amalan yang besar dan banyak pula.

Banyak cara menuju keridhaan Allah. Dan hanya Dialah yang menentukan amalan yang bagaimana yang diridhai oleh-Nya dan dapat menjadikan seorang pendosa yang bertaubat dirahmati dengan diampuni dosa-dosanya.

Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan. (QS. Al 'Ankabuut .21).

Bisa jadi seorang yang dosa-dosa besarnya sangat banyak bagai pasir di pantai, namun jika kemudian dia bertaubat dan sungguh-sungguh, lalu melakukan amal ibadah berdasarkan motivasi-motivasi Al Qur’an sehingga Allah meridhai usahanya tersebut dan mengampuni semua dosa dan kesalahannya dan menggantikan dengan pahala yang berlipat ganda. Namun bisa jadi pula seorang yang banyak melakukan dosa-dosa besar, lalu kemudian bertaubat dan hanya karena melakukan sebuah kebaikan kecil sudah mendatangkan ridha Allah dan membuat dirinya mendapat ampunan terhadap semua dosanya. Seperti sebuah riwayat hadits berikut ini:

Hadis riwayat Abu Hurairah رضي الله عنه: ia berkata:Dari Nabi صلی الله عليه وسلم bahwa pada suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian melepas sepatu kulitnya (untuk mengambil air sumur yang akan diminumkan kepada anjing), lalu wanita itu diampuni dosanya (Sahih Muslim)

Dari kisah ini maka dapat dilihat betapa luasnya Rahmat Allah tersebut. Merupakan kesalahpahaman jika menyangka untuk mendapatkan Rahmat Allah maka satu-satunya cara adalah dengan melakukan amalan yang banyak pula.
Oleh karena setiap Muslim tidak mengetahui apakah amal perbuatannya sudah diridhai oleh Allah atau tidak, dan karena Rahmat Keselamatan adalah Anugerah yang masih merupakan hadiah kejutan bagi mereka yang mengharapkannya, justru menjadikan setiap Muslim semakin termotivasi untuk berusaha mendapatkannya dengan mengikuti segala petunjuk yang diberikan Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu a’lam


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Kisah Umar Bin Abdul Aziz r.a

Saat itu tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah tidur. Umar bin Khatab r.a. berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba untuk tidak melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria ini lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah olehnya percakapan antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia beristirahat. 

“Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu.
“Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang dicampur air,” jawab sang anak.
“Tapi banyak orang melakukannya Nak, campurlah sedikit saja. Tho insyaallah Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya.
“Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rab dari Amirul Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak.

Mendengar percakapan ini, berurailah air mata pria ini. Karena subuh menjelang, bersegeralah dia ke masjid untuk memimpin shalat Subuh. Sesampai di rumah, dipanggilah anaknya untuk menghadap dan berkata, “Wahai Ashim putra Umar bin Khattab. Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa. Pergilah kamu ke rumah si anu dan selidikilah keluarganya.”


Ashim bin Umar bin Khattab melaksanakan perintah ayahndanya yang tak lain memang Umar bin Khattab, Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mukminin. Sekembalinya dari penyelidikan, dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya berkata,
“Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi isterimu. Aku lihat insyaallah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu. Mudah-mudahan pula ia dapat memberi keturunan yang akan menjadi pemimpin bangsa.”

Begitulah, menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis tersebut. Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam setelah itu, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dia memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya.

Pada saat kakeknya Amirul Mukminin Umar bin Khattab terbunuh pada tahun 644 Masehi, Ummi Ashim turut menghadiri pemakamannya. Kemudian Ummi Ashim menjalani 12 tahun kekhalifahan Ustman bin Affan sampai terbunuh pada tahun 656 Maserhi. Setelah itu, Ummi Ashim juga ikut menyaksikan 5 tahun kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Hingga akhirnya Muawiyah berkuasa dan mendirikan Dinasti Umayyah.

Pergantian sistem kekhalifahan ke sistem dinasti ini sangat berdampak pada Negara Islam saat itu. Penguasa mulai memerintah dalam kemewahan. Setelah penguasa yang mewah, penyakit-penyakit yang lain mulai tumbuh dan bersemi. Ambisi kekuasaan dan kekuatan, penumpukan kekayaan, dan korupsi mewarnai sejarah Islam dalam Dinasti Umayyah. Negara bertambah luas, penduduk bertambah banyak, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, tapi orang-orang semakin merindukan ukhuwah persaudaraan, keadilan dan kesahajaan Ali, Utsman, Umar, dan Abu Bakar. Status kaya-miskin mulai terlihat jelas, posisi pejabat-rakyat mulai terasa. Kafir dhimni pun mengeluhkan resahnya, “Sesungguhnya kami merindukan Umar, dia datang ke sini menanyakan kabar dan bisnis kami. Dia tanyakan juga apakah ada hukum-hukumnya yang merugikan kami. Kami ikhlas membayar pajak berapapun yang dia minta. Sekarang, kami membayar pajak karena takut.”

Kemudian Muawiyah membaiat anaknya Yazid bin Muawiyah menjadi penggantinya. Tindakan Muawiyah ini adalah awal malapetaka dinasti Umayyah yang dia buat sendiri. Yazid bukanlah seorang amir yang semestinya. Kezaliman dilegalkan dan tindakannya yang paling disesali adalah membunuh sahabat-sahabat Rasul serta cucunya Husein bin Ali bin Abi Thalib. Yazid mati menggenaskan tiga hari setelah dia membunuh Husein.

Akan tetapi, putra Yazid, Muawiyah bin Yazid, adalah seorang ahli ibadah. Dia menyadari kesalahan kakeknya dan ayahnya dan menolak menggantikan ayahnya. Dia memilih pergi dan singgasana dinasti Umayah kosong. Terjadilah rebutan kekuasaan dikalangan bani Umayah. Abdullah bin Zubeir, seorang sahabat utama Rasulullah dicalonkan untuk menjadi amirul mukminin. Namun, kelicikan mengantarkan Marwan bin Hakam, bani Umayah dari keluarga Hakam, untuk mengisi posisi kosong itu dan meneruskan sistem dinasti. Marwan bin Hakam memimpin selama sepuluh tahun lebih dan lebih zalim daripada Yazid.

Kelahiran Umar bin Abdul Aziz

Saat itu, Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M) yang merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan adalah seorang shaleh, ahli fiqh dan tafsir, serta raja yang baik terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi oleh ayahnya (Marwan bin Hakam) saat itu.

Dari perkawinan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz. Beliau dilahirkan di Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun 61 Hijrah. Umar kecil hidup dalam lingkungan istana dan mewah. Saat masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat. Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,

Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar bin Khattab insyaallah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang akan memperbaiki bangsa ini.

Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu sejak beliau masih kecil. Beliau sentiasa berada di dalam majlis ilmu bersama-sama dengan orang-orang yang pakar di dalam bidang fikih dan juga ulama-ulama. Beliau telah menghafaz al-Quran sejak masih kecil. Merantau ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh terkemuka spt Imam Malik b. Anas, Urwah b. Zubair, Abdullah b. Jaafar, Yusuf b. Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.

Semasa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah, beliau memegang jawatan gabernur Madinah/Hijaz dan berjaya mentadbir wilayah itu dengan baik. Ketika itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada zaman Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, beliau dilantik menjadi menteri kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya 33 tahun.

Umar bin Abdul Aziz mempersunting Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan sebagai istrinya. Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan adalah putri dari khalifah Abdul Malik bin Marwan. Demikian juga, keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al Yazid, dan Hisyam. Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz, pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon pemangku jabatan khalifah.

Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah

Atas wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada usianya 37 tahun. Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan tersebut. Lalu beliau memerintahkan supaya memanggil orang ramai untuk mendirikan sembahyang. Selepas itu orang ramai mula berpusu-pusu pergi ke masjid. Apabila mereka semua telah berkumpul, beliau bangun menyampaikan ucapan. Lantas beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah dan berselawat kepada Nabi s.a.w kemudian beliau berkata:

“Wahai sekalian umat manusia! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandangan daripada aku terlebih dahulu dan bukan juga permintaan daripada aku serta tidak dibincangkan bersama dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiah yang kamu berikan kepada aku dan pilihlah seorang Khalifah yang kamu reda”.
Tiba-tiba orang ramai serentak berkata:
“Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan kami juga reda kepada kamu. Oleh yang demikian perintahlah kami dengan kebaikan dan keberkatan”.



Lalu beliau berpesan kepada orang ramai supaya bertakwa, zuhud kepada kekayaan dunia dan mendorong mereka supaya cintakan akhirat kemudian beliau berkata pula kepada mereka: “Wahai sekalian umat manusia! Sesiapa yang taat kepada Allah, dia wajib ditaati dan sesiapa yang tidak taat kepada Allah, dia tidak wajib ditaati oleh sesiapapun. Wahai sekalian umat manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan sekiranya aku tidak taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati aku”. Setelah itu beliau turun dari mimbar.

Umar rahimahullah pernah menghimpunkan sekumpulan ahli fekah dan ulama kemudian beliau berkata kepada mereka: “Aku menghimpunkan kamu semua untuk bertanya pendapat tentang perkara yang berkaitan dengan barangan yang diambil secara zalim yang masih berada bersama-sama dengan keluarga aku?” Lalu mereka menjawab: “Wahai Amirul Mukminin! perkara tersebut berlaku bukan pada masa pemerintahan kamu dan dosa kezaliman tersebut ditanggung oleh orang yang mencerobohnya.” Walau bagaimanapun Umar tidak puas hati dengan jawapan tersebut sebaliknya beliau menerima pendapat daripada kumpulan yang lain termasuk anak beliau sendiri Abdul Malik yang berkata kepada beliau: “Aku berpendapat bahawa ia hendaklah dikembalikan kepada pemilik asalnya selagi kamu mengetahuinya. Sekiranya kamu tidak mengembalikannya, kamu akan menanggung dosa bersama-sama dengan orang yang mengambilnya secara zalim.” Umar berpuas hati mendengar pendapat tersebut lalu beliau mengembalikan semula barangan yang diambil secara zalim kepada pemilik asalnya.
Sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta.
Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.”
Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”
Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai dengan Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.”
Kata Fatimah, “Demi Allah, Aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.”

Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.

Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada sistem feodal. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah :
1) menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran
2) merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal
3) memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah
4) menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.

Selain daripada itu, beliau amat menitilberatkan tentang kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.

Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjammah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin. Baginda turut mengarahkan Muhammad b Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan menyusun hadith-hadith Raulullah SAW. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau.

Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat Islam.

Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk Islam.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.

Pada masa pemerintahan beliau, kerajaan Umaiyyah semakin kuat tiada pemberontakan dalaman, kurang berlaku penyelewengan, rakyat mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mahu menerima zakat. Rakyat umumnya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mau berdikari sendiri. Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ra, pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekausaan pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.

Kematian beliau

Beliau wafat pada tahun 101 Hijrah ketika berusia 39 tahun. Beliau memerintah hanya selama 2 tahun 5 bulan saja. Setelah beliau wafat, kekhalifahan digantikan oleh iparnya, Yazid bin Abdul Malik.

Muhammad bin Ali bin Al-Husin rahimahullah berkata tentang beliau: “Kamu telah sedia maklum bahwa setiap kaum mempunyai seorang tokoh yang menonjol dan tokoh yang menonjol dari kalangan Bani Umaiyyah ialah Umar bin Abdul Aziz, beliau akan dibangkitkan di hari kiamat kelak seolah-olah beliau satu umat yang berasingan.”

Terdapat banyak riwayat dan athar para sahabat yang menceritakan tentang keluruhan budinya. Di antaranya ialah :
1) At-Tirmizi meriwayatkan bahwa Umar Al-Khatab telah berkata : “Dari anakku (zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang menyerupainya dari segi keberaniannya dan akan memenuhkan dunia dengan keadilan”
2) Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : “Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gabenor Madinah”
3) Al-Walid bin Muslim menceritakan bahawa seorang lelaki dari Khurasan telah berkata : “Aku telah beberapa kali mendengar suara datang dalam mimpiku yang berbunyi : “Jika seorang yang berani dari Bani Marwan dilantik menjadi Khalifah, maka berilah baiah kepadanya kerana dia adalah pemimpin yang adil”.” Lalu aku menanti-nanti sehinggalah Umar b. Abdul Aziz menjadi Khalifah, akupun mendapatkannya dan memberi baiah kepadanya”.
4) Qais bin Jabir berkata : “Perbandingan Umar b Abdul Aziz di sisi Bani Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan keluarga Firaun”
5) Hassan al-Qishab telah berkata :”Aku melihat serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Aziz”
6) Umar b Asid telah berkata :”Demi Allah, Umar Ibnu Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang bertimbun dan lelaki tersebut berkata kepada orang ramai :”Ambillah hartaku ini sebanyak mana yang kamu mahu”. Tetapi tiada yang mahu menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya”
7) ‘Atha’ telah berkata : “Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha’ setiap malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah seolah-olah ada jenayah di antara mereka.”


Wallahu a’lam…

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Hukum Asuransi dalam Pandangan Ulama Fiqh

Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang hukum kehalalan sistem asuransi. Sebagian mengharamkannya, sebagain lagi menghalalkannya. Dan di antara keduanya, ada yang memilah hukumnya, dalam arti tidak semua haram atau halal, tetapi dilihat secara lebih detail dan luas.

Pendapat Yang Mengharamkan

1. Disimpulkan Bahwa Asuransi Sama Dengan Judi

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Quran telah mengharamkan perjudian, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat berikut:

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa“at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa“atnya.” (QS. Al Baqarah: 219)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al Maidah: 90)

Karena menurut sebagian ulama bahwa pada prakteknya asuransi itu tidak lain merupakan judi, maka mereka pun mengharamkannya. Karena yang namanya judi itu memang telah diharamkan di dalam Al Quran
.
2. Disimpulkan Bahwa Asuransi Mengandung Unsur Riba

Sebagian ulama lewat penelitian panjang pada akhirnya mnyimpulkan bahwa asuransi (konvensional) tidak pernah bisa dilepaskan dari riba. Misalnya, uang hasil premi dari peserta asuransi ternyata didepositokan dengan sistem riba dan pembungaan uang.
Padahal yang namanya riba telah diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al Quran, sebagaimana yang bisa kita baca di ayat berikut ini:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al Baqarah: 278)
Maka mereka dengan tegas mengharamkan asuransi konvensional, karena alasan mengandung riba.

3. Disimpulkan Bahwa Asuransi Mengandung Unsur Pemerasan

Para ulama juga menyimpulkan bahwa para peserta asuransi atau para pemegang polis, bila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi. Inilah yang dikataka sebagai pemerasan.
Dan Al Quran pastilah mengharamkan pemerasan atau pengambilan uang dengan cara yang tidak benar.

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah: 188)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(QS. An-Nisa“: 29)

4. Disimpulkan Bahwa Hidup dan Mati Manusia Mendahului Takdir Allah.

Meski alasan ini pada akhirnya menjadi kurang populer lagi, namun harus diakui bahwa ada sedikit perasaan yang menghantui para peserta untuk mendahului takdir Allah.
Misalnya asuransi kematian atau kecelakaan, di mana seharusnya seorang yang telah melakukan kehati-hatian atau telah memenuhi semua prosedur, tinggal bertawakkal kepada Allah. Tidak perlu lagi menggantungkan diri kepada pembayaran klaim dari perusahaan asuransi.

Padahal takdir setiap orang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Quran.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS. Ath-Thalaq: 3)

Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. (QS. Al Hijr: 4)

Itulah hasil pandangan beberapa ulama tentang asuransi bila dibreakdown isinya. Ada beberapa hal yang melanggar aturan dalam hukum muamalah.

Pendapat Yang Membolehkan

Namun kita juga tahu bahwa ada juga beberapa ulama yang masih membolehkan asuransi, tentunya dengan beberapa pertimbangan. Antara lain mereka mengatakan
  1. Pada dasarnya Al Quran sama sekali tidak menyebut-nyebut hukum asuransi. Sehingga hukumnya tidak bisa diharamkan begitu saja. Karena semua perkara muamalat punya hukum dasar yang membolehkan, kecuali bila ada hAl hal yang dianggap bertentangan.
  2. Karena pada kenyataannya sistem asuransi dianggap dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.
  3. Asuransi telah nyata menyantuni korban kecelakaan atau kematian dalam banyak kasus, termasuk juga pada kerusakan atau kehilangan harta benda, sehingga secara darurat asuransi memang dibutuhkan.
Kriteria Asuransi Yang Halal

Asuransi sistem syariah pada intinya memang punya perbedaan mendasar dengan yang konvensional, antara lain:
  1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Di mana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (juAl beli antara nasabah dengan perusahaan).
  2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
  3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
  4. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
  5. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.
  6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat perhatian.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Tanggapan Tulisan Pdt Teguh Hindarto Tentang Keabsahan Masjidil Aqsha Adalah Yerusalem

 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ 
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat." – (QS.17:1)

Banyak misionaris atau kristen anti islam yang menjadikan ayat diatas menjadi ayat yang problematis dan menjadi bahan untuk menghembuskan keragu-raguan terhadap keshahihan quran. Salah satunya adalah Pdt. Teguh Hindarto. Pdt. Teguh hindarto dalam tulisannya (link di atas) menyatakan:
Kita akan pertajam keraguan Atho Mudzhar dengan membandingkan kesaksian sejarah bahwa Masjidil Aqsha baru ada atau baru didirikan pada Abad VIII Ms sementara Muhamad saat melakukan Israk dan Mikraj terjadi pada Abad VI Ms. Trias Kuncahyono memberikan laporan mengenai pembangunan Masjid Kubah Batu Karang dan Al Aqsha sbb: “Catatan paling cemerlang Dinasti Ummayad di Jerusalem adalah di zaman khalifah keempat, Abd al-Malik (berkuasa 685-705). Di masa kekhalifahannya atas perintahnya, didirikannlah Dome of the Rock di Tempe Mount. Putra Khalifah Abd al Malik, al Walid (berkuasa 705-715) adalah yang memprakarsai pembangunan Masjid Al Aqsha yang terletak di ujung selatan temple Mount” (Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Terakhir,Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, hal 154).
Muhamad wafat tahun 632 Ms. Berarti peristiwa Israk dan Mikraj yang kontroversial tersebut terjadi sebelum tahun 632 Ms. Sementara Masjidil Aqsha yang di Yerusalem baru berdiri sekitar tahun 705 ke atas. Lalu Masjidil Aqsha mana yang telah disinggahi Muhamad dan disitir dalam Qs 17:1? 

Benarkah masjidil aqsha baru didirikan setelah wafatnya Muhammad SAW?
Benarkah masjidil aqsha bukanlah baitul maqdis (bet ha miqdash) di yerusalem?
Benarkah terjadi kekeliruan sejarah?
Mari kita luruskan.

1. Khalifah-khalifah setelah rasulullah tidak membangun masjid al aqsa dari awal. 

Mari simak keterangan Jewish Encyclopedia,

After the conquest of Jerusalem by the Arabs the city soon took on a Mohammedan aspect. In 688 the calif 'Abd al-Malik built the Dome of the Rock; in 728 the cupola over the Aqsa mosque was erected, the same being restored in 758-775 by Al-Mahdi... 

Perlu dicatat Dome of Rock dan Masjid Al aqsa adalah dua hal yang berbeda. Dinyatakan bahwa pada tahun 688 khalifah abdul malik membangun dome of rock (qubatussakhra) dan pada tahun 728 membangun kubah di atas masjid al aqsa. Sama sekali tidak dikatakan membangun masjid al aqsa (pertama kali) melainkan meninggikan dan mendirikan kubah di atas masjid yang artinya masjid al aqsa sudah eksis!

In the reign of Caliph 'Abd-al-malik (684-705, the fifth Ommaid caliph, at Damascus) the people of Iraq revolted and got possession of the Hijaz. In order to give his followers a substitute for the haraman (Mecca and Medina), which they were prevented from visiting, he resolved to make Jerusalem a centre of pilgrimage. He, therefore, set about to adorn the place of the Temple with a splendid mosque.. 

dari Ensiklopedia Katolik diatas jelas sekali disebut “the place of the Temple” artinya disitu sudah eksis situs peribadatan yang kemudian didirikan sebuah bangunan yang megah olehnya. Dalam konteks al aqsa, khalifah hanya merenovasi atau membangun kembali menjadi bangunan yang seperti kita lihat hari ini. Sebagaimana tempat itu sudah pernah dihancurkan dan dibangun kembali. Khalifah tidak membangun dari awal karena strukturnya sudah ada. Dan sudah dijadikan masjid (tempat shalat/bersujud) oleh muslim sebelum Khalifah abdul malik merenovasinya (dibahas pada poin 2).

2. Tinjauan linguistik kata masjid 

Kata “masjid” (dengan dikasrah) menunjukkan isim makan (tempat) untuk “sujud” (Az Zarkasyi, I`lam As-Sajid Bi-Ahkamil Masajid). Secara bahasa, masjid menunjukkan arti tempat untuk bersujud kepada Tuhan bagi orang orang beriman (tanpa dibatasi jenis agama). Dalam surah Al Isra' ayat 7, diceritakan tentang penghancuran “masjid” di yerusalem oleh musuh bani israil. “Masjid” yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Temple of Yerusalem, Haikal Sulaiman. Kemudian, secara istilah syar’iyyah, masjid merujuk secara khusus pada tempat ibadah umat islam baik dengan atau tanpa bangunan masjid di atasnya.

Perjalanan isra’ oleh rasulullah SAW menurut surah Al Isra' adalah dari masjidil haram ke masjidil aqsa. Semua akan sepakat bahwa masjid al haram berlokasi di makkah. Sementara lokasi masjid al aqsa inilah yang dipermasalakan. Jika masjid al aqsa dikatakan baru dibangun pada zaman khalifah abdul malik setelah rasulullah wafat dengan merujuk pada eksistensi bangunan seperti yang kita saksikan masjid al aqsa modern hari ini, maka masjid al haram saat itu juga tidak eksis. Karena yang ada hanyalah ka’bah dan pelataran dengan batas batu atau lainnya. “Pintu” masjid juga tentu bukan gerbang besar seperti bangunan masjid hari ini. Masjid model terbuka tanpa atap sudah lama eksis.

Bukti arkeologi menunjukkan masjid tidak selalu merujuk pada sebuah “bangunan” yang tertutup dengan atap atau kubah bahkan cukup dibatasi dengan lapisan/dinding batu.



Di atas adalah gambaran peninggalan masjid Besor dan masjid di nahal Oded. Demikianlah gambaran “masjid” zaman lampau. Tidak ada kubah. Hanya “bangunan” berupa tumpukan batu sebagai pembatas. “bangunan” mihrab sederhana. “pintu” juga hanya sebagai tempat masuk dan jangan dibayangkan ada daun pintu atau gerbang seperti bangunan masjid saat ini.

Pada tahun 670, Uskup Arculfus, yang berkunjung ke yerusalem menceritakan:

On the famous place where once stood the temple, the Saracens worship at a square house of prayer, which they have built with little art, of boards and large beams on the remains of some ruins... 
(Alistair. Duncan, The Noble Sanctuary: Portrait Of A Holy Place In Arab Jerusalem).

Yup. Belum terjadi penaklukan yerusalem dan pembangunan (kembali) bangunan masjid al aqsa tapi sudah ada muslim yang shalat di sana. Tidak ada bangunan masjid seperti masjid al aqsa hari ini. Tapi yang disana adalah reruntuhan haikal sulaiman. Kenapa ada orang arab yang jauh jauh shalat disana? Karena sebagaimana iman muslim, shalat disana memiliki keutamaan seribu tahun dan termasuk salah satu dari 3 masjid yang hanya diperintahkan untuk berziarah ke atasnya. Ya disanalah masjid al aqsa berada.

3. Masjid al aqsa adalah memang Baitul Maqdis atau Bet Ha Miqdash di yerusalem.

Ayat quran dan hadits baik langsung dan tidak langsung memang menunjuk pada baitul maqdis. Perhatikan ayat yang saya kutip di awal,

Minal masjidil haram ilal masjidil aqsalladzii baarakna haulahu 
(dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa masjid al aqsa berada pada tanah yang diberkati. Holy Land. Saya tidak memerlukan banyak argumentasi untuk menunjukkan pada pak Pendeta bahwa tanah yang diberkati merefer pada tanah kanaan, tanah palestina. Dalam banyak ayat dalam quran juga menunjukkan demikian dan saya rasa saya tidak perlu membantu pak pendeta untuk mencari di alkitab bahwa tanah kanaan adalah tanah yang diberkati. Karena banyak disebut.

Dan jelas lokasinya di bumi bukan seperti argumen nyeleneh bahwa masjid al aqsa itu berada di langit (http://forum-iqro.blogspot.com/2009/01/baitul-maqdis-bukan-masjid-al-aqso.html) -lebih lanjut akan dikupas di bagian akhir catatan ini- yang diamini oleh pak pendeta sehingga melahirkan pemahaman bahwa masjid al aqsa dalam quran dan baitul maqdis (bet ha miqdash) itu berbeda.

Hadits-hadits yang banyak menyatakan bahwa perjalanan isra’ itu ke baitul maqdis,

Ketika kaum Quraisy mendustakan perjalananku ke baitul Maqdis, aku berdiri di Hijr (Ismail) lalu Allah menampakkan Baitul Maqdis kepadaku. Sehingga aku beri tahu kepada mereka tanda-tandanya dan aku melihatnya
(H.R. Bukhari no.4341 Aplikasi Lidwa)

Sangat eksplisit bahwa perjalanan isra’ itu adalah ke baitul maqdis. Pilihan kata yang digunakan jelas "baitul maqdis" untuk merefer masjidil aqsa dimana beliau diisra'kan. Baitul maqdis yang mana? baitul maqdis dimana muslim saat itu selama 16-17 bulan berkiblat shalat ke arahnya (H.R. Bukhari No. 384 aplikasi Lidwa). Kiblat shalatnya bani israil, yang tak lain dan tak bukan adalah baitul maqdis di yerusalem. Yang kemudian muslim disyariatkan memalingkan arah kiblat shalat ke masjidil haram (hingga hari ini). Tidak ada penafsiran lain tentang “baitul maqdis” yang disebut dalam hadits isra’ tersebut.

Saat itu memang ada yang mendustakan kisah isra’nya Muhammad SAW tapi tidak diriwayatkan ada yang punya interpretasi lain bahwa masjidil aqsa yang dimaksud bukan baitul maqdis di yerusalem. Bahkan sebagian mereka yang merasa pernah berkunjung ke sana (yerusalem) “mengetes” apakah muhammad SAW berdusta atau apakah benar masjid al aqsa yang dimaksud adalah tempat yang sama dengan baitul maqdis di yerusalem. Muhammad SAW menunjukkan ciri-cirinya (tiang dan sesuatu yang bisa dilihat) sehingga membuat sebagian mereka mengimani kisah ini.

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Ketika malam aku diisra'kan dan subuhnya aku telah sampai di Makkah, aku mengkhawatirkan urusanku, dan aku tahu bahwasanya manusia akan mendustakanku. Kemudian aku duduk bersedih hati. Ia Ibnu Abbas) berkata: Kemudian melintaslah musuh Allah, Abu Jahl. Dia datang sehingga duduk di dekat beliau, kemudian berkata kepada beliau: Kamu tampak bersedih, apakah ada sesuatu? Rasulullah SAW pun menjawab: Ya. Dia berkata: Apa itu? Beliau menjawab: Sesungguhnya aku diisra'kan malam tadi. Dia berkata: Ke mana? Beliau menjawab: Ke Bait al-Maqdis. Dia bertanya: Kemudian engkau subuh sudah ada di hadapan kami (di Makkah ini)? Beliau jawab: Ya. Ia berkata: Namun dia tidak menampakkan sikap bahwa dia mendustakannya karena takut beliau tidak mau menceritakan hal itu lagi jika kaumnya dipanggilkannya. Dia berkata: Tahukah engkau, jika engkau hendak mendakwahi kaummu, kau harus kisahi mereka apa yang barusan kau ceritakan padaku. Rasulullah SAW pun menjawab: Ya.
Kemudian dia berseru: Kemarilah wahai penduduk Bani Ka'ab bin Lu`ai! Lalu mereka berkumpul kepadanya datang sampai duduk mengelilingi keduanya. Dia berkata: Kisahi kaummu apa yang telah engkau kisahkan kepadaku. Rasulullah SAW pun berkata: Sesungguhnya malam tadi aku diisra'kan. Mereka bertanya: Ke mana? Kujawab: Ke Bait al-Maqdis. Mereka bertanya: Kemudian subuh engkau berada di depan kami. Beliau menjawab: Ya. Ia (Ibnu Abbas) berkata: Maka ada yang bersorak dan ada yang meletakkan tangannya di atas kepala heran atas kebohongan itu (menurut mereka). Mereka berkata: Dan apakah engkau dapat menyifatkan kepada kami masjid itu? Dan di antara penduduk ada yang pernah pergi ke negeri itu dan pernah melihat masjid itu. Maka Rasulullah SAW bersabda: "Maka aku mulai menyebutkan ciri-cirinya dan tidaklah aku berhenti menyifatkan sehingga aku lupa beberapa cirinya." Beliau bersabda: "Lantas didatangkanlah masjid sampai diletakkan tanpa kesamaran sehingga aku dapat melihat(nya). Maka aku menyifatkannya dengan melihat hal itu." Ia berkata: Dan sampai ini, ada sifat yang tidak aku hafal. Ia berkata: Kemudian ada kaum yang berkata: "Adapun sifat tersebut, demi Allah, ia benar."
(HR Ahmad (2680). Disahkan al-Albani dalam ash-Shahihah (VII: 3021)). 

Dus, sudah diketahui saat itu bahkan saat Muhammad SAW baru menceritakan kisah isra’nya dan turunnya surat al isra’ bahwa masjidil aqsa tidak lain tidak bukan adalah baitul maqdis. Istilah masjid al aqsha dan baitul maqdis yang saling dipertukarkan karena merefer makna yang sama memang sudah digunakan sejak zaman rasulullah,

“Janganlah berusah payah melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid: masjidil haram, masjidku , dan masjid baitul maqdis” 
(HR Ahmad No.11256 Aplikasi Lidwa)

“...dan tidak ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, masjid al haram, masjid al aqsha, dan masjidku ini” 
(HR. Bukhari No.1122 Aplikasi Lidwa)

Maka, tuduhan bahwa dibangunnya (kembali) masjidil aqsha oleh Khalifah abdul malik dekat qubah as sakhra (dome of rock) untuk menjustifikasi kisah isra’ mi’raj gugur karena istilah masjidil aqsa dan baitul maqdis sudah digunakan dan saling dipertukarkan sebelumnya untuk merefer ke tempat yang sama. Tidak ada keraguan sama sekali tenatang hal ini.

Benarlah pernyataan kekaguman Prof. Neal Robinson dalam bukunya “Discovering The Qur'an: A Contemporary Approach To A Veiled Text”:

The [Muslim] tradition which identifies it [i.e., al-Masjid al-Aqsa] with the Temple Mount in Jerusalem makes admirable sense in view of the fact that the ‘place of worship’ (masjid) whose destruction is evoked in v. 7 [i.e., 17:7] is clearly the Temple. 

Tradisi muslim yang mengidentifikasi masjid al aqsa dengan temple mount of yerusalem menimbulkan rasa kekaguman mengingat fakta bahwa “masjid” yang dihancurkan (dalam ayat 7 surat al isra’) jelas jelas adalah Temple (of yerusalem).

Diskusi Lanjutan 
Argumen muslim Prof Atho’ Mudzar (?) Dosen IAIN (?)

Sudah disebut sebelumnya bahwa Pdt menyebut ada dosen IAIN (Atho Mudzar?) yang berpemahaman bahwa Masjid al Aqsa bukanlah baitul maqdis di Palestina melainkan di Sidratul Muntaha (di langit) dengan argumen utama:

Jika Masjid Al Aqso, yang berarti “Mesjid Yang Jauh” seperti tercantum pada ayat diatas, dianggap sebagai Baitul Maqdis yang di Palestina, maka ini akan kontradiktif (bertentangan) dengan QS 30 ayat 2 – 3, dimana dikatakan pada ayat tersebut bahwa Palestina adalah “Negeri Yang Dekat”. Dan jika dikondisikan dengan masa kini (ingat, Al Qur’an berlaku sepanjang zaman) maka istilah masjid yang jauh untuk Baitul Maqdis menjadi tidak relevan lagi, karena banyak mesjid yang berjarak lebih jauh dari Masjid Al Harom dibanding Baitul Maqdis, misal Masjid Istiqlal di Jakarta. Dan tidak mungkin di dalam Al Qur’an ada kontradiktif antar ayat-ayat-NYA. 

Komentar:

Ada 2 hal yang perlu diluruskan. Pertama, yang lebih tepat secara harfiah masjid al aqsa berarti "masjid TERJAUH" bukan "masjid YANG JAUH". Kedua, Ayat 2-3 surat Ar-Ruum yang disitir di atas yang lebih tepat secara harfiah adalah "negeri YANG TERDEKAT bukan "negeri YANG DEKAT"

Makna ter- menjadi sangat relatif tergantung teks dan konteks katanya. Jika dikatakan "RS terdekat berjarak 100KM" tidak berarti 100KM itu dekat. Tapi konteksnya memang tidak ada lagi RS yang lebih dekat.

Ayat 2-3 Ar Ruum menyebut palestina sebagai negeri yang terdekat. Secara geografi sebenarnya ada beberapa negeri yang lebih dekat dibanding palestina misalnya Negeri Yaman. Tapi bukan berarti ayat itu salah. Negeri terdekat disitu konteksnya adalah negeri terdekat yang berada dalam kekuasaan romawi yang saat itu dikisahkan (dalam ayat tersebut) ditaklukan persia. Bukan negeri yang secara geografis terdekat, per se.

Ayat pertama surat Al Isra menyebut masjid al aqsha, masjid terjauh. Dan ini benar. Mungkin penulisnya lupa bahwa memang SAAT ITU, baitul maqdis adalah masjid terjauh yang dikenal bangsa arab sebagai tempat peribadatan yang disucikan. Untuk dapat shalat di sana harus melakukan safar (perjalanan). Menuju ke sana membutuhkan waktu perjalanan 40 hari saat itu menggunakan unta atau berjalan kaki (menurut Al-Asfihani dalam Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an). Tidak ada masjid, tempat bersujud, tempat suci yang diakui orang arab yang lebih jauh dari baitul maqdis.

Dan jika pak dosen berargumen dengan ada “bangunan” masjid Istiqlal (di kemudian hari) yang lebih jauh maka ini apakah dia juga meyakini ada “bangunan” masjid di sidratul muntaha? Ini tidak masuk akal. Dan seperti yang saya jelaskan di atas, secara budaya, dan secara bahasa tidak ada penafsiran lain atau keragu-raguan bahwa masjidil aqsa dimana Muhammad SAW diperjalankan adalah baitul maqdis di palestina. Tidak ada masalah jika seandainya hari ini ada bangunan masjid yang lebih jauh dari baitul maqdis terhitung dari makkah. Karena istilah “masjid al aqsa” sudah menjadi nama tempat peribadatan yang berlokasi di Palestina. Dan tidaklah misalnya masjid yang baru dibangun di Alaska atau suatu masjid di tengah samudra pasifik (yang secara geografi terjauh dari makkah) akan digelari nama “masjid al aqsa”.

Tidak ada yang perlu diragukan dari informasi quran karena TIDAK SATUPUN mufassir (penafsir) quran yang menafsirkan masjidil aqsa dengan definisi masjid terjauh posisinya secara geografi selama-lamanya melainkan terjauh yang dipahami saat itu. Sebenernya ada argumen lain dari pak dosen misalnya bahwa kiblat pertama muslim bukan baitul maqdis tapi kutub utara (hanya kebetulan lurus dengan baitul maqdis) dsb tapi menurut saya tidak perlu dikomentari karena sangat tidak layak dikomentari karena sama sekali tidak ilmiah (anda bisa baca sendiri, link is included above).

Note: Saya tidak tahu penulis sebenarnya dari argumen di atas adalah benar-benar Prof Atho Mudzhar, guru besar IAIN atau bukan. Atau hanya dicatut oleh Pdt. Teguh Hindarto saya juga tidak jelas. Tapi seandainya memang benar, berarti betul sekali sang guru besar ini sedang nyeleneh. Dan saya tidak heran jika dosen IAIN ada yang nyeleneh. Contoh udah banyak.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Pemikiran Barat sekarang ini berada di tengah-tengah peperangan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hampir tidak mungkin pemikir Barat sekarang ini menerima kenyataan bahwa kemungkinan ada pertemuan secara mendasar antara agama dan ilmu pengetahuan. Injil, yang menjadi kepercayaan orang Nasrani, menyatakan pohon di mana Nabi Adam AS dilarang memakannya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, setelah dia memakan buahnya, dia memperoleh pengetahuan tertentu yang mana tidak dia peroleh sebelumnya. Dengan alasan inilah orang Eropa membantah bahwa selama dua abad mereka tidak menerima pengetahuan ilmiah yang datang dari orang Islam.
Gereja menyatakan bahwa pencarian seperti penge­tahuan ilmiah adalah penyebab dosa yang asli. Uskup menggambarkan bukti mereka dari Perjanjian Lama yang menyebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu, ia mendapat beberapa pengetahuan, Allah tidak menyukainya dan menolak memberinya kemurahan hati. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah menolak sepenuhnya peraturan gereja yang dianggap sebagai hal yang tabu. Akhirnya, ketika pemikir bebas dan ilmuwan Barat sanggup mengatasi kekuatan gereja, mereka membalas dendam dengan mencari petunjuk yang berlawanan dan menekan beberapa kekuatan agama. Mereka beralih kepada hal-hal yang berlawanaan untuk mengatasi kekuatan gereja dan mengurangi pengaruhnya kepada hal yang sempit dan membatasi pada sudut-sudut tertentu.
Oleh karena itu, jika Anda membicarakan persoalan agama dan ilmu pengetahuan dengan pemikir Barat, dia benar-benar akan keheranan. Mereka tidak tahu Islam. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam menjunjung tinggi status ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu, menghormati mereka sebagai saksi setelah malaikat yang berhubungan dengan fakta baru tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada kita:
"Tuhan menyatakan, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia, dan malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan. " (QS AIi Imran : 18)
Dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Muha berfirman kepada kita:

"Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah ".(QS Muhammad : 19)
Telah diketahui dari al-Quran bahwa Nabi Adam AS diistimewakan melebihi malaikat dengan kebaikan pengetahuan yang diberikan Allah kepadanya. Kisah dari al-Quran menyangkal Injil yang menyebutkan orang Islam dianggap menyimpang. Menurut al-Quran, kenyataan bahwa Nabi Adam diberi pengetahuan adalah sebuah tanda kehormatan dan bukan karena pengusirannya dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang membicarakan Islam dan ilmu pengetahuan dengan para pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan argumen yang sama dengan apa yang ada dalam budaya dan agama mereka. Itulah mengapa mereka memberi reaksi dengan keterkejutan ketika mereka ditunjukkan dengan fakta yang jelas sekali dari al-Quran dan Sunnah.
Di antara pemikir Barat yang menampakkan keterkejutannya itu adalah Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Ketua jurusan Ilmu Kebidanan dan Ginekologi dan Pakar Molecular dan Genetika Manusia, Baylor College Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengannya, Profesor Simpson menuntut pembuktian al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi, kami sanggup menghilangkan kecurigaannya. Kami menunjukkan kepadanya sebuah naskah garis besar perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa turunan atau hereditas dan sifat keturunan atau kromosom yang tersusun hanya bisa terjadi setelah perpaduan yang berhasil antara sperma dan ovum. Sebagaimana yang kita ketahui, kromosom-kromosom ini berisi semua sifat-sifat baru manusia yang akan menjadi mata, kulit, rambut, dan lain-lain.
Oleh karena itu, beberapa sifat manusia yang tersusun itu ditentukan oleh kromosomnya. Kromosom-kromosom ini mulai terbentuk sebagai permulaan pada tingkatan nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, ciri khas manusia baru terbentuk sejak dari tingkatan nutfah yang paling awal. Allah Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia berfirman di dalam Al-Quran:
"Celakalah kiranya manusia itu! Alangkah ingkarnya (kepada Tuhan). Dari apakah dia di­ciptakan? Dari setetes air mani. (Tuhan) menciptakannya dan menentukan ukuran yang sepadan dengannya. " (QS Abasa : 17-19)
Selama empat puluh hari pertama kehamilan, semua bagian dan organ tubuh telah sempurna atau lengkap, terbentuk secara berurutan. Nabi Muhammad SAW menjelaskan kepada kita di dalam hadisnya: "Setiap dari kamu, semua komponen penciptamu terkumpul dalam rahim ibumu selama empatpuluh hari." Di dalam hadis lain, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Ketika setetes nuftah telah melewati 42 malam, Allah menyuruh seorang malaikat ke rahim perempuan, yang berkata: `Ya Tuhan! Ini laki­laki atau perernpuan?' Dan Tuhanmu memutus kan apa yang Dia kebendaki. "
Profesor Simpson mempelajari dua hadis ini secara intensif, yang mencatat bahwa empat puluh hari pertama itu terdapat tingkatan yang dapat dibedakan secara jelas atau embriogenesis. Secara khusus, Dia dibuat kagum dengan ketelitian yang mutlak dan keakuratan ke­dua hadis tersebut. Kemudian dalam salali satu konferensi yang dihadirinya, dia memberikan pendapat sebagai berikut: "Dari kedua hadis yang telah tercatat dapat membuktikan kepada kita gambaran waktu secara spesifik perkembangan embrio sebelum sampai 40 hari. Terlebih lagi, Pendapat yang telah berulang-ulang dikemukakan pembicara yang lain pagi ini. bahwa kedua hadis ini telah menghasilkan dasar pengetahuan ilmiah yang mana rekaman mereka sekarang ini didapatkan".
Profesor Simpson mengatakan bahwa agama dapat menjadi petunjuk yang baik untuk pencarian ilmu pengetahuan. Ilmuwan Barat telah menolak hal ini. Seorang ilmuwan Amerika mengatakan bahwa agama Islam dapat mencapai sukses dalam hal ini. Dengan analogi, jika Anda pergi ke suatu pabrik dan Anda berpedoman pada mengoperasikan pabrik itu, kemudian Anda akan paham dengan mudah bermacam-macam pengoperasian yang berlangsung di pabrik itu. Jika Anda tidak memiliki pedoman ini, pasti tidak memiliki kesempatan untuk memahami secara baik variasi proses tersebut. Profesor Simpson berkata: "Saya pikir tidak ada pertentangan antara ilmu genetika dan agama, tetapi pada kenyataannya agama dapat menjadi petunjuk ilmu pengetahuan dengan tambahan wahyu ke beberapa pendekatan ilmiah yang tradisional. Ada kenyataan di dalam al-Quran yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan menjadi valid, yang mana al-Quran mendukung ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah."
Inilah kebenaran. Orang-orang Islam tentunya dapat memimpin dalam cara pencarian ilmu pengetahuan dan mereka dapat menyampaikan pengetahuan itu daIam status yang sesuai. Terlebih lagi orang Islam mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan itu sebagai bukti keberadaan Allah, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia untuk menegaskan kerasulan Nabi Muhammad SAW
Allah berfirman di dalam al-Quran:
"Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. " (QS Fushshilat : 53)
Setelah menyadari melalui beberapa contoh keajaiban al-Quran secara ilmiah yang telah diketahui berhubungan dengan komentar yang objektif dari para ilmuwan, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:
Dapatkah hal ini mejadi sebuah kejadian yang kebetulan bahwa akhir-akhir ini penemuan informasi secara ilmiah dari lapangan yang berbeda yang tersebutkan di dalam al-Quran yang telah turun pada 14 abad yang lalu?
Dapatkah al-Quran ini ditulis atau dikarang Nabi Muhammad SAW atau manusia yang lain?
Hanya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan itu bahwa al-Quran secara harfiah adalah kata-kata atau firman Allah yang diturunkan kepadanya. Al-Quran adalah perkataan yang harfiah dari Allah yang Dia turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang melalui malaikat Jibril. Al-Quran ini dihapalkan oleh Nabi Muhammad SAW yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabatnya. Para sahabat inilah yang selanjutnya secara bergiliran menghapalkannya, menulis ulang, dan memeriksa/meninjau lagi dengan Nabi Muhammad SAW
Terlebih lagi, Nabi Muhammad SAW memeriksa kembali al-Quran dengan malaikat Jibril sekali setiap bulan Ramadhan dan dua kali di akhir hidupnya pada kalender Hijriah yang sama. Sejak al-Quran diturunkan sampai hari ini, selalu ada banyak orang Islam yang menghapalkan semua ayat al-Quran surat demi surat. Sebagian dari mereka ada yang sanggup menghapal al-Quran pada waktu berumur 10 tahun. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tidak ada satu surat pun di dalam al-Quran yang berubah selama berabad-abad sampai sekarang.
Al-Quran telah diturunkan 14 abad yang lalu menyebutkan fakta yang bacu ditemukan akhir-akhir ini yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Hal ini membuktikan tidak ada keraguan bahwa al-Quran adalah firman yang harfiah dari Allah, yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar nabi dan utusan yang diturunkan Allah. Hal ini adalah di luar alasan bahwa setiap manusia 14 abad yang lalu telah mengetahui beberapa fakta ini yang ditemukan atau dibuktikan akhir-akhir ini dengan peralatan canggih dan metode yang rumit.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

ASSALAMU'ALAIKUM JANGAN DISINGKAT LAGI

1. As = orang bodoh ; keledai
2. Ass = pantat
3. Askum = celakalah kamu
4. Assamu = racun
5. Samlekum = matilah kamu
6. Salom/syalom= dari bhs Ibraniuntuk sesama kristen dan ada 263 kata di dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru.
7. Mikum = dari bahasa Ibrani Mari Bercinta.

Yuk kita lihat isi surat Nabi Sulaiman dalam Al-Quran :
"Innahu min Sulaimana wa innahu Bismillahirohmaanir rohiim 'ala ta'lu 'alayya wa'tunil muslimina tho'inalloha robbal 'aalamiin."

Salam pendek, salam sedang dan salam panjang telah dicontohkan oleh Nabi dan tidakmerubah makna aslinya :

1. Salam pendek :"Assalamualaikum". dengan 10 kebaikan.

2. Salam sedang :"Assalamualaikum warohmatulloh".dengan 20 kebaikan.

3. Salam panjang :"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh". dengan kebaikan sempurna.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

SubhanALLAH, ternyata Otak manusia, seperti orang SUJUD

Itulah hebatnya Tuhan. Otak yang selama ini kita bangga-banggakan ternyata bersujud kepada Tuhan, lantas kenapa kita masih bisa menyombongkan diri dihadapan Tuhan seperti orang-orang atheis yang menolak keberadaan Tuhan. Buat agan-agan yang muslim coba simak ayat Al-Qur'an dibawah ini
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apayang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia?"[QS. Al-Hajj (22): 18].
sumber: andes-al


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

MUSLIM HARUS TAHU ! Mengapa Pria Dilarang Memakai Emas

Atom pada emas mampu menembus ke dalam kulit melalui pori2 dan masuk ke dalam darah manusia. Jikaseorang pria mengenakan emas dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu yang lama, maka dampak yang ditimbulkan yaitu di dalam darah dan urine akan mengandung atom emas dalam kadar yang melebihi batas(dikenal dengan sebutan migrasiemas).
Dan apabila ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mengakibatkan penyakit Alzheimer.sebab­jika tidak di buang maka dalam jangka waktu yang lama atom emas dalam darah ini akan sampai ke otak dan memicu penyakit alzheimer.
Alzheimer adalah suatu penyakit dimana orang tersebut kehilangan semua kemampuan mental dan fisik serta menyebabkan kembali seperti anak kecil. Alzheimer bukan penuaan normal,tetapi merupakan penuaan paksaan atau terpaksa.salah seorang yang terkenapenyakitalzheimer adalah charles bronson,ralph waldo emerson dan sugar ray robinson.
Sedangkan, mengapa Islam memperbolehkan wanita untuk mengenakan emas ?
Jawabannya adalah..
"Wanita tidak menderita masalah inikarena setiap bulan, partikel berbahaya tersebut keluar dari tubuh wanita melaluimenstruasi." itulah sebabnya islam mengharamkan pria memakai emas dan membolehkan wanita memakai perhiasan emas.
itulah alasan agama Islam melarang pria memakai emas,ternyata hal ini telah diketahui Rasulullah muhammadsallallahu alaihi wasallam 1400 tahun yang lalu. Padahal beliau tidak pernah belajar ilmu fisika dan tidak paham tentang fisika.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang kaum laki-laki memakai cincin emas.
Al-Bukhari dan Muslim masing-masing dari Al-Bara' bin Azib Radhiyallahu 'anhu, bahwa ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di tangannya, maka beliau memintanya supaya mencopot cincinnya, kemudian melemparkannya ke tanah.(HR. Bukhori & Muslim)
Semoga Bermanfa'at
Wallahu A'lam

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

KENAPA NON MUSLIM BANYAK YANG KAYA,.?

Kenapa orang Non Muslim banyak yang kaya sedangkan orang muslim banyak yang miskin?

JAWAB

Saya masuk menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan beliau sedang berbaring miring di atas tikar pandan kecil yang bersulam, dan di bawah kepalanya bantal dari kulit berisikan rumput kering. Lalu beberapa orang dari sahabatnya datang di antaranya adalah Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun bangkit menggeser tubuhnya yang sedang terbuka bajunya. Umar bin Khaththab tak sanggup menahan tangisnya ketika melihat bentuk sulaman tikar yang membekas di tubuh bagian samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya, "Mengapa engkau menangis, wahai Umar?"

Umar menjawab, "heheemi Allah, saya tidak menangis kecuali tahu bahwa engkau lebih Allah muliakan daripada Kisra dan Qaishr. Mereka hidup dalam kesenangan, sementara engkau, Rasulullah, di tempat yang saya lihat?" Lihat Selengkapnya

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apakah engkau tidak rela dunia menjadi milik mereka dan akhirat untuk kita?"

Umar menjawab, "Ya, aku rela."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Begitulah yang benar"

Subhanallah..
Tolong Bagikan Status ini ke sahabat Yang lainnya ya.. Insya Allah dapat Pahala..
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda :

"Barang siapa Menunjukkan kepada Kebaikan. Maka ia memperoleh Pahala yang sama seperti yang melakukan atau mengamalkan Kebaikan itu." (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Home

Welcome

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.